Pada saat itu, Dewa Niskala memperistri dari salah satu pengungsi anggota kerajaan. Namun, pernikahan keduanya tidak disetujui oleh Raja Susuktunggal karena terdapat peraturan bahwa keturunan Sunda-Galuh dengan keturunan Majapahit dilarang menikah. Kemudian terjadilah peperangan antara Dewa Niskala dengan Susuktunggal.
Dewan Penasehat kedua kerajaan tersebut menyarankan untuk berdamai supaya peperangan tidak berlanjut. Jalan perdamaian yang disarankan yaitu Raja Susuktunggal dan Raja Dewa Niskala harus turun tahta dan menggantikannya dengan pemimpin baru. Ditunjuklah Jayadewata atau Prabu Siliwangi, putra dari Dewa Niskala dan menantu Susuktunggal. Jayadewata yang mendapat gelar Sri Baduga Maharaja menyatukan kembali kedua kerajaan tersebut dan terbentuklah Kerajaan Pajajaran.
Kejayaan Pajajaran
Masa kejayaan Kerajaan Pajajaran ketika pemerintahan Sri Baduga Maharaja. Kejayaan Pajajaran dibuktikan dengan adanya telaga yang besar yakni Maharena Wijaya. Kemudian banguna jalan yang menghubungkan antara ibu kota Pakuan dengan Winagiri. Pertahanan ibu kota juga diteguhkan dengan memberikan desa perdikan kepada semua pendeta dan pengikutnya supaya memantapkan kegiatan agama. Serta membuat Kabinihajian (kaputren), kesatriaan (asrama prajurit), pagelaran (formasi tempur), pamingtonan (tempat pertunjukan), memperkuat angkatan perang, mengatur upeti dari raja-raja bawahan dan menyusun undang-undang kerajaan.
Kemunduran Pajajaran
Runtuhnya Kerajaan Pajajaran disebabkan oleh serangan dari Kasultanan Banten. Selain itu, Maulana Yusuf telah memboyong Palangka Sriman Sriwacana (singgasana raja) dari Kerajaan Pajajaran ke Kraton Surosowan. Hal ini menandakan bahwa tidak akan ada raja lagi di Kerajaan Pajajaran karena singgasana raja telah dipindahkan. Akhirnya, Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 dan Maulana Yusuf naik tahta sebagai penguasa Kerajaan Sunda. Demikian penjelasan terkait Sejarah Kerajaan Pajajaran, semoga bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar