Perjanjian Renville diambil dari nama sebutan kapal perang milik Amerika
Serikat yang dipakai sebagai tempat perundingan antara pemerintah Indonesia dengan
pihak Belanda, dan KTN sebagai perantaranya. Dalam perundingan itu, delegasi
Indonesia diketuai oleh Perdana Menteri Amir Syarifuddin dan pihak Belanda
menempatkan seorang Indonesia yang bernama Abdulkadir Wijoyoatmojo sebagai
ketua delegasinya. Penempatan Abdulkadir Wijoyoatmojo ini merupakan siasat
pihak Belanda dengan menyatakan bahwa pertikaian yang terjadi antara Indonesia
dengan Belanda merupakan masalah dalam negeri Indonesia dan bukan menjadi
masalah intemasional yang perlu adanya campur tangan negara lain.
Isi Perjanjian Renville dari persetujuan itu adalah sebagai berikut.
- Belanda tetap berdaulat sampai terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS).
- Republik Indonesia sejajar kedudukannya dalam Uni Indonesiaa Belanda.
- Sebelum Republik Indonesia Serikat terbentuk, Belanda dapat menyerahkan kekuasaannya kepada pemerintah federal sementara.
- Republik Indonesia menjadi negara bagian dari Republik Indonesia Serikat.
- Antara enam bulan sampai satu tahun akan diselenggarakan pemilihan umum untuk membentuk Konstituante RIS.
- Tentara Indonesia di daerah pendudukan Belanda (daerah kantong) harus dipindahkan ke daerah Republik Indonesia.
Kerugian Perjanjian Renville Bagi Indonesia
Persetujuan Renville berhasil ditandatangani oleh kedua belah pihak tanggal 17 Januari 1948. Perjanjian Renville ini menyebabkan kedudukan Republik Indonesia semakin tersudut dan daerahnya semakin sempit. Hal ini merupakan ini merupakan akibat dari diakuinya garis Van Mook sebagai garis perbatasan baru hasil Agresi Militer Belanda 1. Sementara itu, kedudukan Belanda semakin bertambah kuat dengan terbentuknya negara-negara boneka.
Setelah penandatanganan Persetujuan Renville, pihak
pemerintah menghadapi tentangan sangat berat dan mengakibatkan Kabinet Amir
Syarifuchlin jatuh. Kabinet Amir Syarifuddin kemudian digantikan oleh Kabinet
Harta. Namun di bawah pemerintahan Hatta muncul banyak rongrongan dan salah
satunva dilakukan oleh bekas Perdana Menteri Amir Syarifuddin dengan
organisasinya yang bernama Front Demokrasi Rakyat. Puncak dari pergolakan itu
adalah pemberontakan PKI Madiun tahun 1948, keadaan seperti itu dimanfaatkan
pihak Belanda untuk melancarkan Militer 2.